Sample Text

Recent Posts

Slider Top

[6][recent][slider-top][Slider Top]

Slider Top

[6][education][slider-top][Slider Top]

Breaking News

[4][breaknews][ticker][Breaking News]

Download

Contact Form

Name

Email *

Message *

Resource

Politik

[3][lifestyle][one][Politik]

Site Map

Advertise

Recent Posts

Galeri

[4][galeri][slider-left][Galeri]

Fokus

Galeri

[3][galeri][slider-left][Galeri]
Flag Counter

Galeri

[4][galeri][slider-left][Galeri]

Galeri

[5][galeri][slider-left][Galeri]

Football News

Berita Internasional

[3][Internasional][two][Berita Internasional]

Recent Posts

Berita Internasional

[3][world][two][Berita Internasional]

Subscribe

Powered by Blogger.

Popular Posts

Basketball News

Slider Top

[6][recent][slider-top-big][Slider Top]
You are here: Home / , , , , Dibawah Pengaruh Miras, Adik Nekat Bunuh Kakak Kandung di Sarudik

Dibawah Pengaruh Miras, Adik Nekat Bunuh Kakak Kandung di Sarudik

| No comment

SIBOLGA
– Herry Jon Hutabarat (32) alias Bapak Mario korban yang dibunuh adik kandungnya Amosen Hutabarat (32), dimakamkan di TPU Gereja HKBP Sarudik, Senin (3/11) pukul 14.00 WIB.
Silih berganti pelayat datang melihat korban untuk yang terakhir kalinya. Begitu juga dengan teman-teman satu sekolah anak korban, datang membawa karangan bunga sebagai ucapan turut berduka cita atas kepergian ayah 3 anak tersebut.

Sementara Sarima br Hutauruk (41), istri korban yang terus menangis histeris. Sedangkan ketiga anaknya terus menatap wajah ayahnya yang sudah terbujur kaku. Begitu juga dengan boru Sitompul, ibu korban dengan 2 saudara korban lainnya tak hentinya meneteskan air mata atas kepergian abangnya tersebut.

Sarima tak tahan membendung air matanya melihat sosok pria yang dicintainya terbujur kaku di hadapannya. Ia sangat menyesali perbuatan Amosen, adik iparnya tersebut yang telah menghilangkan nyawa suaminya. “Amos bunuh ma au asa rap mate au dohot abang mon. (Amos bunah sajalah aku, bisa sama-sama mati aku sama abangmu ini),” teriak Sarima histeris dalam tangisnya, Senin (3/11).
Bukan itu saja, ibu rumah tangga ini juga akan menanggung sendiri kehidupan ke 3 anaknya yang masih kecil-kecil. Sebab selama ini, yang menjadi tulang punggung keluarga hanya korban yang kesehariannya berjualan tuak. “Beha ma au Pak Rio (korban) pangurus hu digelleng mon. (gimanalah aku Pak Rio mengurus anak-anakmu ini, red),” tangisnya, tak mampu menahan air matanya yang terus membasahi pipinya.

Sekira pukul 14.00 WIB, jenazah korban dibawa dengan mobil ambulance menuju TPU Gereja HKBP Sarudik. Peti jenazah diangkat beramai-ramai oleh pemuda warga sekitar diikuti Sarima dari belakang yang terus menangis.

Dalam tangisnya Sarima merasa kalau suaminya telah pergi mendatangi ayahnya (korban) yang sudah meninggal 2 tahun lalu. “Amang, nga ro be amang anakmu mandongani ho (Bapak mertua sudah datang anakmu menemanimu,” katanya.

Foto korban semasa hidup bersama istri dan ketiga anaknya.
Foto korban semasa hidup bersama istri dan ketiga anaknya.

Baik dan Ramah
Semasa hidupnya, Herry Jon dikenal baik dan ramah dengan semua warga sekitar. Terlebih kepada pengunjung lapo (kedai) tuaknya. Tak ayal, kedai tuaknya selalu ramai pengunjung. Korban dikenal tidak pernah marah, baik terhadap orang lain maupun terhadap anak dan istrinya.

Seperti dikatakan Bapak Jefri Sinaga (52), salah seorang warga sekaligus pelanggan lapo tuaknya. Katanya, korban baik dan ramah. Siapa saja tanpa pandang bulu yang mengundangnya untuk menghadiri sebuah acara atau pesta, korban selalu menyempatkan hadir. Dan bila lebih dari satu tempat, selalu berbagi dengan istrinya.

“Siapa saja, tak pandang bulu, kalau ada yang mengundangnya selalu datang. Kalaupun harus berbagi dengan istrinya. Bahkan keluar kotapun selalu disempatkan meluangkan waktunya untuk hadir. Kadang mereka berbagi, istrinya ke sana, dia ke sini. Pokoknya selalu hadir kalau diundang,” kata Bapak Jefri ditemui saat melayat.

Kata dia, korban sangat sayang dengan keluarganya. Bagitu juga dengan istri dan anaknya, sangat menyayangi dia sebagai seorang kepala keluarga yang bertanggungjawab. “Ini keluarga yang harmonis, tidak pernah cekcok. Anak-anak dan istrinya sangat sayang sama dia,” pungkasnya.
Senada dengan itu, P Sitinjak (36) juga mengakui sifat korban yang bergaul dan dekenal tak pernah berkelahi dengan warga sekitar. Hal terakhir yang diingat dari korban kata Bapak Jefri, sekitar 2 malam lalu, keduanya asyik cerita sambil minum tuak di kedai korban. Ntah kenapa, topik pembicaraan mereka beberapa malam terakhir sebelum kejadian membahas tentang orang mati.
“Ditanyanya (korban), sudah pernah kau lihat semua hantu orang mati yang ada di kampung ini? Kubilang sudah, trus dia menyuruh istrinya untuk tidur. Kemudian istrinya bilang, gimana aku mau tidur dari tadi kalian hanya membicarakan hantu saja,” katanya mengenang.

Bukan itu saja, korban juga pernah membahas tentang sepasang suami istri. Mana yang lebih bagus mati duluan, istri atau suami. Kemudian, korban memilih, lebih baik dia yang pertama mati ketimbang istrinya. Sebab, bagaimanapun seorang istri yang ditinggal suami akan tetap merawat anak-anaknya. Berbeda dengan dengan seorang suami.

“Dia (korban) lebih memilih laki-laki yang harus mati duluan. Karena, besar kemungkinan si istri tidak akan nikah lagi dan akan fokus membesarkan anak-anaknya. Lain dengan suami. Pokoknya, beberapa hari sebelum kematiannya, selalu membahas soal orang mati. Mungkin inilah pertanda,” pungkasnya.

Masih kata Sitinjak, selama ini, korban selalu mengalah terhadap Amosen, adiknya yang pernah mengusirnya dari rumah orantuanya. Sudah berulang kali, Amosen kerap memancing emosi korban yang sudah mengalah dan memilih mengontrak tak jauh dari rumah orangtuanya tersebut.
“Sering kali dia (Amosen) memancing emosi lae ini (korban). Padahal korban sudah mengalah pindah dan mengontrak setelah diusir si Amos dari rumah orangtuanya itu. Pernah waktu itu, si Amos minum tuak dengan beberapa pemuda setempat di depan rumah orangtuanya.

Tuak itu dibeli dari kedai korban. Tanpa sebab, tiba-tiba saja, si Amos melempar gelas berisi tuaknya ke arah kedai korban. Saat itu korban sempat emosi dan berencana menghampiri Amos. Tapi saat itu kami hadang, sudahlah lae, namanyapun yang mabuk,” ungkapnya meniru perkataannya saat itu kepada korban sehingga mengurungkan niatnya mendatangi Amos.

Menurutnya, kecekcokan korban dengan Amos bukan dilatar belakangi karena harta. Sebab, keluarga tersebut bukan tergolong kaya. Namun diduga karena Amos iri dengan ekonomi abangnya yang lebih baik darinya. “Kalau dibilang karena harta, gak mungkin.

Karena tidak ada harta yang mau diperebutkan. Hanya mungkin saja si Amos iri dengan abangnya yang kehidupannya sedikit lebih baik. Mungkin dilihat, kedai korban tidak pernah sepi pelanggan, selalu ramai,” tandasnya seraya mengaku sangat kehilangan dengan sosok teman yang baik diamini rekan-rekan korban yang lain.

Amatan New Tapanuli saat pengantaran jenazah ke pemakaman, hanya Sarima istri korban yang terus menangis dan meratapi kepergian suaminya. Sedangkan, Mario anak tertua korban yang duduk di bangku kelas III SMP, hanya terdiam.

Bunuh Abang lalu Cium Ibu
Sementara Amos Hutabarat, pembunuh abang kandungnya Herry Jon Hutabarat, mengaku menyesali semua perbuatannya. Anak keempat dari lima bersaudara itu meminta maaf kepada ibu, kakak, kakak iparnya (istri korban) dan anak-anak abangnya yang masih kecil-kecil.

“Saya sangat menyesal sekali atas kejadian ini. untuk itu, saya mohon maaf yang sebesar-besarnya kepada ibu, kakak, istri abang saya. Penyesalan dan permohonan maaf ini terutama kepada anak-anak abang saya yang saat ini masih kecil-kecil, saya menyesal dan minta maaf yang sebesar besarnya,” ungkap Amos berurai airmata di Mapolres Sibolga, Senin (3/11).

Menurutnya, permasalahan ini sebenarnya terjadi karena adanya pertengkaran antara ibunya dengan istri abangnya (korban). Di mana dalam pertengkaran itu, korban cenderung membela istrinya. Kebetulan dirinya sudah minum tuak, hingga akhirnya dia lepas kendali. “Niat saya sebenarnya tidak ada menikam abang saya, namun saat pertengkaran tersebut saya masuk ke dapur untuk mengambil es batu dan melihat ada pisau. Saya menikam abang hanya sekali saja. Setelah menikamnya, saya tidak langsung melarikan diri, namun terlebih dahulu mencium ibu saya dan barulah saya pergi,” jelasnya.

Menurut tersangka, sebelum terjadinya perkelahian itu, sudah lebih dulu ada permasalahan keluarga, yakni permasalahan pertengkaran antara ibunya dan istri abangnya. Keluarga abangnya yang berjualan tuak sekitar 10 meter dari rumah tempat tinggal tersangka. Sementara ibunya berjualan barang kelontong di rumah mereka.

“Istri abang saya sering ngomong ke orang-orang bahwa barang yang dijual ibu saya mahal. Dan jika cerita pada orang-orang selalu tentang boru Hutabarat yang diceritakannya. Saya bilang sama ibu saya agar sabar saja. Tapi entah mengapa, ibu saya pergi ke rumah abang untuk menasehatinya. Rupanya kakak saya tidak terima, akhirnya cari masalahlah kakak ini sama ibu saya. Kakak ipar saya itu mengadu sama abang yang kemudian mengejar ibu,” tuturnya.

Menurutnya, saat pulang minum tuak dan sesampainya di rumah, dia sempat berbicara pada adik perempuannya agar jangan pergi ke luar. Disarankannya agar adiknya itu membantu ibunya jaga warung. Namun saat bicara dengan adiknya, abangnya sudah ada di rumah mereka. Akhirnya dia bertengkar dengan abangnya. Amos mengaku lebih dahulu dipukul oleh abangnya. Hingga akhirnya terjadi perkelahian dan penikaman itu.

Terancam 15 Tahun Penjara
Polres Sibolga tetap melakukan pengembangan kasus pembunuhan yang dilakukan oleh tersangka Amos Hutabarat terhadap abang kandungnya Herry Jon Hutabarat, warga Jalan Enggang Rawang I, Kelurahan Aek Muara Pinang, Kecamatan Sibolga Selatan.

Tersangka diganjar pasal 538 KUHPidana tentang penghilangan nyawa orang lain dengan ancaman hukuman 15 tahun penjara, junto pasal 351 ayat 5 dengan ancaman hukuman 7 tahun penjara.
“Namun demikian, kita juga akan mendalami dengan pemeriksaan-pemeriksaan intensif untuk ancaman hukuman yang lebih berat lagi, terutama dengan sangkaan adanya unsur perencanaan pembunuhan,” tegas Kapolres Sibolga AKBP Guntur Agung Supono, Senin (3/11) di halaman Mapolres.

Polres Sibolga akan tetap cari pasal-pasal berlapis, sehingga kasus ini dapat menjadi pelajaran berharga dan efek jera bagi pelaku pembunuhan. “Setelah petugas melakukan penyelidikan dibantu komponen masyarakat, akhirnya setelah kurang lebih 15 jam, usai pembunuhan, Minggu (2/11) sekitar pukul 11.00 WIB, petugas berhasil menangkap tersangka pelaku, dan mengungkap kasus pembunuhan ini,” jelas Kapolres.

Menurut Kapolres, sesuai pengakuan pelaku, latar belakang sampai terjadinya pembunuhan itu sebenarnya masalah ringan, yakni percekcokan keluarga. Hingga klimaksnya terjadi perkelahian fisik antara pelaku sebagai anak keempat dengan korban sebagai kakak kandungnya. Namun Kapolres tidak merinci jelas apa objek percekcokan mereka.

“Cekcok keluarga ini seharusnya bisa diselesaikan dengan cara yang bijaksana melalui musyawarah mufakat. Namun emosi pelaku memuncak, apalagi karena pelaku ini sudah terpengaruh minuman beralkohol. Di mana sebelum melakukan pembunuhan, pada Sabtu (1/11) pukul 13.00 WIB pelaku nongkrong di salah satu kedai tuak di daerah Tambak di Pondok Batu, Sarudik, Tapteng. Di situ pelaku minum tuak mulai pukul 13.00 WIB hingga pukul 18.00 WIB,” jelasnya.

Masih kata Kapolres, pelaku meminum kurang lebih 1,5 teko tuak. Dengan pengaruh tuak tersebut, saat sampai di rumahnya, terjadi percekcokan antar keluarga. Karena pelaku emosi, akhirnya terjadi perkelahian antara pelaku AH dengan korban. Selanjutnya tersangka mengambil sebilah pisau dapur dari rumahnya, kemudian menusukkannya pada korban yang mengenai di dada sebelah kanannya. Korban meninggal dunia dalam perjalanan ke rumah sakit.

“Barang bukti yang turut disita berupa pakaian korban baik baju dan kaos yang berlumuran darah, kemudian pasir yang menempel darah korban serta pisau yang digunakan oleh pelaku untuk menusuk korban,” jelas Kapolres.

Usai penikaman itu, pelaku yang masih lajang dan sehari-harinya dikenal pelaut tersebut melarikan diri. Namun berkat kerja keras, petugas Polres Sibolga berhasil meringkus tersangka di wilayah Aek Horsik, Kecamatan Pandan, Tapanuli Tengah. (mis) (ts) (metrosiantar)